Gula merah/gula aren sangat tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tidak sebagai bahan makanan utama tetapi banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan sehari-hari. Seperti misalnya bahan pembuatan kue, saus jajan bali, bahkan tambahan bumbu tertentu maupun yang lainnya. Pagi ini saya berkesempatan jalan jalan ke Alis Bintang, sebuah desa yang sejuk dan bertemu dengan Dadong Asin yang sedang membuat gula aren. Gula aren dibuat dari tuak/nira yang merupakan hasil sadapan pohon aren.

Pohon Aren (Arenga Pinnata)

Pohon aren atau enau bisa dikatakan Palma terpenting setelah kelapa, karena merupakan tanaman yang bagian-bagiannya seperti daun muda, daun tua, buah, batang memiliki guna yang beragam. Namun saat ini saya tidak akan membahas semua fungsinya tapi satu saja yaitu sebagai salah satu penghasil tuak yang akan diolah menjadi gula.

Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di berbagai daerah seperti nu, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya), kawung atau taren (Sunda), akol, akel, akere inru atau indu (bahasa-bahasa di Sulawesi), moka, moke, tuwa, atau tuwak (Nusa Tenggara). Di Bali sendiri tumbuhan ini dikenal dengan nama punyan jaka.

Bagian dari pohon aren yang dicari tuaknya adalah pada pangkal bunga yang disebut puji.

Sekali proses menurunkan nira/tuak rata-rata sekitar 6-8 liter. Biasanya mereka menurunkan pagi dan sore hari. Puji yang disadap biasanya yang sudah tua dan berwarna agak keunguan. Jika masih muda sudah disadap kemungkinan nira tidak keluar atau sedikit. Pengalaman dari anak dadong asin yang biasa menyadap pohon aren. Puji yang siap disadap biasanya dikerumuni lebah. Jadi menurutnya mereka seperti ditunjukkan oleh lebah-lebah tersebut. Produksi nira dari setiap pohon berbeda-beda. Bahkan pada musim tertentu nira yang keluar juga sedikit.

Pohon aren yang sudah tua dan tidak keluar niranya lagi biasanya akan mati. Ketika ditanya apakah ada pembibitan khusus untuk menjaga kelangsungan produksi. Made menjawab tidak perlu, karena anakan pohon aren cukup banya di sekitar pohon yang besar. Mereka hanya menata dan memindahkan anakan pohon aren yang sudah ada.

Proses Pembuatan Gula Aren

Dadong Asin sudah membuat gula sejak masih kecil. Bahkan ini beliau warisi sejak turun temurun. Dalam sehari Dadong Asin melakukan dua kali pembuatan gula, yaitu pagi dan sore. Dadong Asin tidak sendiri membuat gula melainkan masih ada sekitar 8 keluarga lainnya yang membuat gula di Alis Bintang. Produksi gula di rumah tangga ini basanya diambil oleh pengepul dan dijual ke Kabupaten Gianyar.

Proses pembuatan gula aren adalah sebagai berikut : Nira yang sudah diturunkan dibersihkan, selanjutnya dimasak dengan api konstan. Proses pemasakan umumnya memakan waktu kurang lebih 6 jam sampai siap cetak. Ada beberapa istilah dalam bahasa lokal yang digunakan untuk menggambarkan nira yang sedang direbus dalam pembuatan gula tersebut. Seperti pada awal direbus disebut tuak siag (sudah panas dan sedikit berbuih). Setelah melebug (mendidih) menjadi Langsaan. Ini digunakan untuk menggambarkan tuak yang sudah berubah menjadi gula encer seperti gula yang ditambahkan dalam jajan bali. Kalau dalam proses pemasakan gula mendidih, biasanya Dadong Asin akan menambahkan sedikit kelapa parut, agar tidak meluap.

Setelah kental (seperti jelly) maka gula sudah siap cetak. Cetakan yang digunakan disini adalah batok kelapa. Bentuk cetakan gula merah Alis Bintang ini sedikit lengser. Hal ini dikarenakan kelapa yang ada di Desa Alis Bintang ini besar-besar.

Sekali membuat gula dengan 6-8 liter nira Dadong asing menghasilkan 6-7 bungkul gula merah/gula aren. Satu bungkul dijual ke pengepul seharga 12.500 rupiah. Jadi jika produksi nira bagus dari dua pohon aren saja bisa menghasilkan 175.000-200.000 sehari. Hal ini tentunya potensi yang sangat baik untuk dibina dan dikembangkan.

Narasumber wawancara : Dadong Asin, Alis Bintang, Susut, Bangli. 07012017

Ini adalah sebuah tulisan saya pertama tentang budaya khususnya di Bali. Perjalanan ini kali adalah di sebuah Desa Tua di Bali. Kegiatan upacara ini dikenal dengan Ngusaba Dalem. Sebagaimana namanya upacara dilaksanakan di areal pura dalem yang sangat tua dan dikenal sebagai Pura Dalem Pingit. Upacara diawali dengan pembersihan areal tempat upacara kemudian dilanjutkan dengan menyembelih 2 ekor sapi sebagai “olahan” yang digunakan dalam upacara.
Sebagai catatan pengolahan daging sapi ini semua direbus atau dipanggang tidak ada pengolahan dengan menggoreng. Termasuk semua isi banten yang nantinya digunakan dalam upacara inipun tidak ada yang digoreng jadi disajikan dalam bentuk segar, diolah dengan direbus atau dipanggang.
Setelah beberapa olahan upakara jadi dan matang maka Pemimpin adat di Desa ini (Jero Bayan) menghaturkan ulam olahan dan juga disertai dengan metabuh sedangkan anggota masyarakat masih tetap melanjutkan kegiatan metanding upakara dan juga tandingan kawas.
Setelah semuanya selesai, seperti banten peduluan (klatkat) tandingan dan sebagainya yaitu sekitar menjelang tengah hari, acara dilanjutkan dengan makan bersama.
Selanjutnya datang karma (warga) perempuan dengan membawa banten (sesajen) yang akan dihaturkan dalam ngusaba ini. Seperti halnya makanan olahan yang disyaratkan bahan dalam banten inipun hanya menggunakan bahan yang dimasak direbus atau dipanggang saja. Dengan berdatangannya para warga perempuan Suasana menjadi cukup ramai. Karena acara ngusaba ini diikuti oleh 3 banjar di wilayah desa ini. Bahkan warga yang tinggal diluar desa bahkan di luar pulau menyempatkan untuk hadir dalam upacara ini.
Adalah menjadi kewajiban bagi Krama desa lanang (warga laki-laki) untuk membawa penjor dan sambeng. Penjor adalah batang bambu yang buku-buku dalamnya ditembuskan. Bambu yang digunakan untuk penjor ini bambu khusus yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai tiing tali dami. Penggunaan bambu ini bertujuan agar mudah dilubangi buku didalamnya dan bambunya juga tidak terlalu tebal. Panjang Bambu sekitar 3 meteran. Kemudian penjor ini diisi dengan tuak manis sekitar 3 liter dalam satu penjor yang akan digunakan untuk acara metabuh dalam ngusaba ini. Diujung penjor diisi dengan daun endong yang dilipat. Sedangkan sambeng adalah bambu berukuran kurang kebih 30 cm yang ditomes (potong miring) bagian atasnya sebagai sarana metabuh.
Acara ngusaba dipimpin oleh jero bayan. Pertama dengan menghaturkan banten, baik banten peduluan, banten yang dibawa krama istri (warga perempuan). Selanjutnya adalah persembahyangan secara tradisi di desa tersebut. Acara berikutnya adalah mesoda. Kemudian dilanjutkan dengan metabuh oleh krama lanang. Penjor yang berisi sisa air tuak manis yang sudah selesai dipakai metabuh biasanya diberikan kepada anak-anak yang hadir disana. Suasana yang begitu cair dan meriah ketika anak-anak tersebut berbagi tuak manis.
Acara berikutnya adalah persembahyangan lagi dengan menghaturkan banten klatkat di dua tempat yaitu di Dalem Pingit dan satunya di areal tempat metabuh. Acara ngusaba diakhiri dengan mejuryag (berebut) banten jumutan yang dihaturkan di banten klatkat. Meskipun awalnya berebut dengan seru namun setelah selesai mereka saling berbagi.
Oke itu satu cerita dari sebuah desa tua tentang Ngusaba Dalem. Semoga dilain kesempatan bisaabl4 abl2 abl1abl5 menuliskan cerita-cerita yang lainnya. Terimakasih kepada Guru Gede Wiratmaja Karang yang membangunkan saya dari “jeda” menulis melalui motivasinya yang Top…, Jro Gede Partha Wijaya sahabat terbaik dan juga Aya’ putranya serta Master Sang Guru “Oman Dollo” yang sudah bersama glalang gliling di TKP.
#SalamBudaya #saatnyamenulis …..

Gambar  —  Posted: September 24, 2016 in Pola Hidup Sehat

MUJAIR DALAM KERAMBA (#1)

Posted: Februari 14, 2016 in Pola Hidup Sehat

Salah satu ikon kuliner yang khas di miliki Bangli adalah Masakan Ikan Mujair nya. Beragam menu kan mujair yang ditawarkan seperti ikan mujair bakar, goreng, panggang dan yang paling khas adalah Jair menyatnyat dengan bumbu Balinya. Beberapa warung makan maupun yang sudah cukup memiliki nama di seputaran wilayah Kintamani hingga ke

Salah satu ikon kuliner yang khas di miliki Bangli adalah Masakan Ikan Mujair nya. Beragam menu kan mujair yang ditawarkan seperti ikan mujair bakar, goreng, panggang dan yang paling khas adalah Jair menyatnyat dengan bumbu Balinya. Beberapa warung makan maupun yang sudah cukup memiliki nama di seputaran wilayah Kintamani hingga ke Kota Bangli cukup berani dengan hanya menawarkan mujair sebagai pilihan menunya. Seperti warung makan di Seked, di Culali, di Batur, di Kedisan dengan Resto Apungnya.

Kenapa masakan mujair mampu menjadi ikonik wisata kuliner di Kintamani dan Bangli secara umum, hal ini tidak terlepas dari rasa ikan Mujair Danau Batur yang memang berbeda dengan Mujair atau Nila yang dikembangkan di daerah lainnya. Ikan Mujair Danau dibudidayakan dalam keramba-keramba yang dikelola oleh masyarakat di sekitar danau batur seperti Songan, Kedisan, dan Trunyan.

Perjalanan hari ini kami lakukan ber tiga yaitu dengan Jro Gede Partha Wijaya dan Komang Karwijaya. Rencananya hari ini perjalanan akan kami lakukan ke Giri Campuhan, Kecamatan Tembuku, Kab. Bangli. Namun karena Jro Gede Partha ada keperluan ke Songan jadi perjalanan dialihkan ke Songan dulu. Sahabat yang satu ini memang sedang mengembangkan usaha budidaya mujair dengan keramba di Danau Batur.

Cerita sepanjang perjalananpun berkisar tentang prospek ikan mujair sebagai salah satu komoditas pangan perikanan yang cukup tinggi konsumsinya. Data yang dirilis oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli menyebutkan bahwa budidaya ikan mujair di Danau sekitar 30 juta ekor setahun. Namun sayangnya Balai Benih Ikan (BBI) di Bangli (Sidembunut dan yang lainnya) hanya mampu mensuplay benih sekitar 12 juta ekor setahun, sehingga kekurangan benih ini di datangkan dari daerah lain seperti Bolangan, Kab. Tabanan dan Sangeh, Kab. Badung bahkan dari Jawa.

Lokasi keramba yang kami tuju berada di danau batur, disebelah timur Desa Songan. Karena keramba diletakkan di tengah perairan danau maka setelah tiba di Desa Songan, untuk mencapai kesana haru naik pedau atau kano. Cukup sulit untuk naik pedau ini karena syarat utamanya harus tenang. Semakin tidak tenang semakin oleng pedaunya. Kurang dari 10 menit untuk mencapai lokasi keramba. Dan ketika berada di keramba hamparan danau batur yang luas dengan view kanan kiri depan belakang yang luar biasa indahnya membuat betah tetap berada disana.

Ikan mujair yang di budidayakan di Keramba adalah ikan yang berukuran 7-9 yang merupakan hasil pendederan pada pembudidaya ikan. Awalnya para pendeder ini mengambil ukuran larva di BBI kemudian mereka pelihara hingga ukuran 7-9 tersebut. Keramba tempat pembudidayaan ikan mujair di danau batur yang saya kunjungi berukuran 4X4 meter untuk setiap petak/lubangnya. Bahan keramba menggunakan bambo petung dan untuk membuat mengambang digunakan bahan sterofoam. Keramba yang lainnya ada yang menggunakan drum atau gallon plastik. Untuk menjaga ikan-ikan agar tdak keluar dari keramba digunakan jarring. Jaring-jaring yang digunakan menyesuaikan dengan tahapan perkembangan ikan. Selain itu perlu juga dipasang jarring diatasnya untuk melindungi ikan dari pemangsa dari udara yaitu burung-burung.

Bibit yang ditebar dalam satu petak keramba sebanyak 3.200 ekor. Pemberian pakan menyesuaikan dengan ukuran ikan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Masa panen ikan mujair yang dibudidayakan ini bekisar antara 4-5 bulan hingga mencapai ukuran konsumsi atau 3-4 ekor per kilogramnya. Jika dengan asumsi tingkat kematian yang paling tinggi, katakanlah 50% hasil yang didapatkan dari keramba ini sekitar 3 kwintal ikan mujair per petak keramba. Suatu usaha dengan prospek yang baik…  Namun bukan berarti usaha ini tanpa tantangan dan kendala. Justru karena pengelolaanya di alam tentunya factor utamanya adalah alam. Sebab suhu air, cuaca, bahkan kadang letupan belerang adalah faktor–faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh para pembudidaya ikan mujair dalam keramba.

Nah itu dulu cerita tentang mujair dalam keramba di danau batur. Cerita tentang manfaat makan ikan dan kaitannya dengan kesehatan nanti deh di tulisan #2 tentang ikan-ikan mujair dalam keramba.Bangli cukup berani dengan hanya menawarkan mujair sebagai pilihan menunya. Seperti warung makan di Seked, di Culali, di Batur, di Kedisan dengan Resto Apungnya.

Kenapa masakan mujair mampu menjadi ikonik dalam wisata kuliner di Kintamani dan Bangli secara umum, hal ini tidak terlepas dari rasa ikan Mujair Danau Batur yang memang berbeda dengan Mujair atau Nila yang dikembangkan di daerah lainnya. Ikan Mujair Danau dibudidayakan dalam keramba-keramba yang dikelola oleh masyarakat di sekitar danau batur seperti Songan, Kedisan, dan Trunyan.

Perjalanan hari ini kami lakukan ber tiga yaitu dengan Jro Gede Partha Wijaya dan Komang Karwijaya. Rencananya hari ini perjalanan akan kami lakukan ke Giri Campuhan, Kecamatan Tembuku, Kab. Bangli. Namun karena Jro Gede Partha ada keperluan ke Songan jadi perjalanan dialihkan ke Songan dulu. Sahabat yang satu ini memang sedang mengembangkan usaha budidaya mujair dengan keramba di Danau Batur.

Cerita sepanjang perjalananpun berkisar tentang prospek ikan mujair sebagai salah satu komoditas pangan perikanan yang cukup tinggi konsumsinya. Data yang dirilis oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli menyebutkan bahwa budidaya ikan mujair di Danau sekitar 30 juta ekor setahun. Namun sayangnya Balai Benih Ikan (BBI) di Bangli (Sidembunut dan yang lainnya) hanya mampu mensuplay benih sekitar 12 juta ekor setahun, sehingga kekurangan benih ini di datangkan dari daerah lain seperti Bolangan, Kab. Tabanan dan Sangeh, Kab. Badung bahkan dari Jawa.

Lokasi keramba yang kami tuju berada di danau batur, disebelah timur Desa Songan. Karena keramba diletakkan di tengah perairan danau maka setelah tiba di Desa Songan, untuk mencapai kesana haru naik pedau atau kano. Cukup sulit untuk naik pedau ini karena syarat utamanya harus tenang. Semakin tidak tenang semakin oleng pedaunya. Kurang dari 10 menit untuk mencapai lokasi keramba. Dan ketika berada di keramba hamparan danau batur yang luas dengan view kanan kiri depan belakang yang luar biasa indahnya membuat betah tetap berada disana.

Ikan mujair yang di budidayakan di Keramba adalah ikan yang berukuran 7-9 yang merupakan hasil pendederan pada pembudidaya ikan. Awalnya para pendeder ini mengambil ukuran larva di BBI kemudian mereka pelihara hingga ukuran 7-9 tersebut. Keramba tempat pembudidayaan ikan mujair di danau batur yang saya kunjungi berukuran 4X4 meter untuk setiap petak/lubangnya. Bahan keramba menggunakan bambo petung dan untuk membuat mengambang digunakan bahan sterofoam. Keramba yang lainnya ada yang menggunakan drum atau gallon plastik. Untuk menjaga ikan-ikan agar tdak keluar dari keramba digunakan jarring. Jaring-jaring yang digunakan menyesuaikan dengan tahapan perkembangan ikan. Selain itu perlu juga dipasang jarring diatasnya untuk melindungi ikan dari pemangsa dari udara yaitu burung-burung.

Bibit yang ditebar dalam satu petak keramba sebanyak 3.200 ekor. Pemberian pakan menyesuaikan dengan ukuran ikan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Masa panen ikan mujair yang dibudidayakan ini bekisar antara 4-5 bulan hingga mencapai ukuran konsumsi atau 3-4 ekor per kilogramnya. Jika dengan asumsi tingkat kematian yang paling tinggi, katakanlah 50% hasil yang didapatkan dari keramba ini sekitar 3 kwintal ikan mujair per petak keramba. Suatu usaha dengan prospek yang baik…  Namun bukan berarti usaha ini tanpa tantangan dan kendala. Justru karena pengelolaanya di alam tentunya factor utamanya adalah alam. Sebab suhu air, cuaca, bahkan kadang letupan belerang adalah faktor–faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh para pembudidaya ikan mujair dalam keramba.

Nah itu dulu cerita tentang mujair dalam keramba di danau batur. Cerita tentang manfaat makan ikan dan kaitannya dengan kesehatan nanti deh di tulisan #2 tentang ikan-ikan mujair dalam keramba. (TS14022016)

Tirta Paceburan adalah sebuah air terjun yang berada di lereng Gunung Abang yang keberadaannya sangat disakralkan oleh masyarakat. Tirta Paceburan ini mempunyai beberapa nama lain atau sebutan seperti Tirta Sapujagat, Tirta Bentar Kedaton, dan Tirta Betel. Menurut masyarakat setempat lokasi ini memiliki keunikan dimana Air Terjun (Tirta Paceburan)  tidak pernah tidak mengalir meskipun di musim kemarau. Air itu mengalir dari ketinggian kira-kira di pertengahan Gunung Abang atau Gunung Tuluk Biu.

Tilem Kaulu, tanggal 7 Februari 2016 kami berniat untuk mendatangi air terjun ini. Pejalanan kali ini kami lakukan berdua, saya dengan Komang Karwijaya sedangkan Jro Gede Partha Wijaya tidak bisa ikut karena tidak enak badan dan demam, Wiwin Kayoan sedang ada acara Ngayah di Banjar, Komang Sutapa sedang melakukan Tugas Domestik, dan Made Sarjana sedang membangun sebuah Pondok di Carik Duang Tebihnya (piss pak made).

Tiba di Banjar Dukuh, Desa Abang Batu Dinding kami menuju titik rumah bapak Gede Darmika. Namun beliau sedang pergi memancing. Istri beliau ibu Wayan Penpen menyatakan jika ingin ke Tirta Paceburan beliau siap mengantar. Awalnya kami agak ragu namun dijelaskan bahwa beliau sudah beberapa kali tangkil kesana. Jadi keraguan kami sedikit berkurang.

Kami berangkat dari balai banjar Dukuh, Desa Abang Batu Dinding sebagai titik awal. Melintasi areal perkebunan warga dengan hamparan warna hijau yang menye

jukkan mata. Beberapa tanaman pertanian yang menjadi komoditas disini seperti bawang, kol dan juga kentang. Setelah melewati areal perkebunan kami pun mulai menyusuri hutan dengan menanjak. Namun perjalanan ini tidak terlalu melelahkan karena rimbunnya dedaunan menyebabkan panas matahari tidak terlalu terasa.  Akhirnya setelah empat puluh lima menit berjalan kami pun tiba di pelinggih pura yang oleh masyarakat setempat disebut Pura Betel. Pura ini mempunyai posisi yang sejajar jika ditarik garis lurus dengan titik tengah Gunung Batur di Barat.

Selanjutnya kami bersembahyang di pura tersebut. Awalnya saya berpikir perjalanan masih cukup jauh, ternyata perkiraan saya salah. Setelah beberapa meter berjalan kamipun tiba di Air Terjun Tirta Paceburan. Sungguh saya sangat takjub dengan keindahan tempat ini dan juga ketenangan yang menyejukkan hati. Kami pun melakukan persembahyangan kembali. Menurut bu wayan, dari cerita yang pernah dia dengar dari para tetua bahwa Tirta Paceburan ini adalah tingkat yang ketiga dari sumber air. Namun beliau menyatakan belum pernah ke sumber Tirta nya.

Setelah mengambil beberapa foto akhirnya kami memutuskan untuk balik ke Desa karena mendung yang cukup tebal. Namun kami tidak balik menempuh jalan yang di awal, melainkan berjalan menyusuri badan sungai yang berbatu. Sungguh batu-batu besar dan kecil yang memenuhi badan sungai seperti manik-manik yang sangat indah. Batu dan pasir sepanjang badan sungai tersebut adalah longsoran dari gunung. Dan seperti yang diceritakan oleh masyarakat setempat setelah beberapa meter air dari Tirta Paceburan pun sirna. Sehingga pemandangan berikutnya hanya batu dan pasir kering yang di badan sungai.

Setelah di foto Tirta Paceburan di Posting oleh rekan Komang Karwijaya beragam tanggapan dan masukan tersampaikan. Salah satunya pesan yang disampaikan oleh seorang tokoh masyarakat Bapak Adi Fatur (Nyoman Basma) adalah bahwa menjaga nilai kesakralan dari pada Fungsi Tirta ini adalah satu hal yang wajib dilakukan. Karena air terjun ini bukanlah air terjun biasa seperti halnya air terjun di daerah lain. Menurut beliau didaerah tersebut (Kintamani Timur) tak ada satu mata air pun yang memiliki debit yang memadai . Tapi Tirta ini sungguh berbeda Fakta, muncul dari ketinggian yang tandus dan irama aliran airnya mengiringi musim. Demikian juga keberadaan Tirta ini sangat terkait dengan prasasti Pura Tuluk Biu serta deretan petiratan Ida Betara Tuluk Biu.

Jadi bagi yang ingin datang/tangkil kesini, Jaga Kebersihan, Kesopanan dan Selalu Respect terhadap apapun yang disampaikan oleh Tokoh dan Masyarakat Lokal. Mari bersama kita jaga kelestariannya  (TS08022016)

RUMAH BAMBU DI BUBUNG KLAMBU

Posted: Februari 8, 2016 in Pola Hidup Sehat

Menyebut nama Bubung Klambu mungkin belum banyak dikenal orang. Lokasi tepatnya adalah dari Penelokan, Kintamani turun ke arah bawah (Danau Batur) dan lebih kurang 100 meter dari penelokan belok ke kiri.

Bubung Klambu adalah salah satu kawasan dengan panorama yang sangat indah. Pemandangan Gunung Batur dari sisi barat dilengkapi dengan Danau Batur dan Gunung Abang diseberangnya. Dari view point Bubung Klambu juga kita dapat memandang hamparan black lava dan Bukit Sampyang Wani yang hijau.

Namun apa sih yang menjadi keunikan utama yang membuat saya dan beberapa teman sampai beberapa kali berkunjung kesana? Alasan utamanya adalah karena ada seorang teman yang begitu polos dan ramah yang akan menyambut ketika datang ke Bubung Klambu. Beliau adalah Bpk Nyoman Arca (ini nama beken beliau di komunitas FB hehehee) Kesederhanaan dan ketulusan pertemanan yang beliau tampilkan sungguh tidak sebanding dengan beragam prestasi yang sudah diperoleh hingga ke tingkat nasional.

Yang berikutnya adalah Bambu-bambu di Bubung Klambu. Inilah yang mengantarkan pak Nyoman Arca dan teman-teman kelompok Tani Bambu Hidup Rukun meraih prestasi-prestasinya.

Bangli secara umum adalah kabupaten yang memiliki beragam jenis tanaman bambu. Bambu biasaya kita kenal hanya sebagai tanaman penjaga jurang namun di Kabupaten Bangli dan juga termasuk di Bubung Klambu merupakan tanaman yang di budidayakan. Luas areal bambu di Bubung Klambu sekitar 12 hektar yang dikelola bersama oleh 22 anggota kelompok tani bambu Hidup Rukun. Jenis tanaman bambu yang ada di bubung klambu antara lain bambu/tiing jempiit, tiing tali, tiing petung abu, petung item dan bambu tabah. Kelompok tani hidup rukun juga bekerja sama dengan ITTO yaitu organisasi internasional dalam bidang konservasi hutan.

Selanjutnya dengan adanya variasi tanaman bambu di Bubung Klambu akhirnya dikembangkan pula sebagai Agro Wisata yang dikenal dengan nama Agro Wisata Tiing Bali Bubung Klambu. Dengan terus berbenah agrowisata ini semakin dilirik oleh wisatawan.

Pengembangan berikutnya adalah dengan disediakannya guest house bagi tamu yang ingin menginap di bubung klambu. Saat ini sudah tersedia 3 kamar bernuansa bambu yang nyaman sebagai tempat beristirahat.

Sungguh nuansa berbeda yang luar biasa dirasakan oleh tamu yang menginap disini. Agrowisata Tiing Bali juga menyiapkan track untuk para tamu yang ingin berjalan-jalan melihat lebih dekat tanaman beragam bambu yang ada.

Jadi jika anda merasa jenuh dengan suasana perkotaan dan ingin melepaskan penat, memperoleh suasana baru penuh inspirasi dan merefress pikiran tidak ada salahnya untuk menginap di Agrowisata Tiing Bali (TS08022016).

Masalah sampah saat ini mungkin menjadi persoalan  di semua tempat. Dampaknya sangat dirasakan ketika musim hujan ini. Apalagi sampah plastik… yang tidak akan hancur dalam waktu puluhan tahun. Banjir akibat sumbatan sampah pada tempat-tempat aliran air menjadi pemandangan yang sangat lazim. Tapi apa kita akan mengeluh saja ketika banjir datang tanpa berusaha menyadarkan diri sendiri sejak awal. Sampah yang awalnya menjadi masalah rumah tangga berlanjut menjadi masalah-masalah komunitas dan lingkungan diatasnya.

Salah satu potret menumpuknya sampah adalah yang terjadi di semua sisi danau batur dan seputaran Kaldera Batur. Kaldera yang berbentuk cekungan super lebar ini jika tidak mendapat penanganan sejak dini, bayangan saya tidak mustahil akan menjadi “tempat sampah raksasa..”  Bahkan jika sampah ini mengikuti aliran ir tentunya akan masuk ke Danau Batur yang indah ini…

Salah satu titik sampah yang ramai menjadi pembicaraan di media sosial adalah di Desa Trunyan dan persis posisinya di dermaga perahu tempat penyembrangan ke objek wisata kuburan taru menyan… Tentu hal ini ironis sekali… daerah tujuan wisata yang mendunia menjadi tenggelam keharuman namanya oleh sampah plastik yang bertebaran. Banyak postingan dan beragam komentar yang miring muncul karena sampah ini. Meskipun demikian… mungkin ini adalah bentuk kepedulian terhadap kondisi yang mereka saksikan. Kenapa saya katakan kepedulan, karena postingan itu ditindaklanjuti oleh beberapa komunitas yaitu Forum Peduli Bangli (FPB), Caldera Trail Adventure (CTA), Badan Lingkungan Hidup Kab. Bangli, Pimpinan DPRD Bangli dan masyarakat untuk melakukan kegiatan menyapu bersih tumpukan sampah plastik tersebut… Kegiatan aksi ini tentunya merupakan hal yang positif tetapi sifatnya pastilah sangat insidental dan tentunya harus diikuti dengan kesadaran masyarakat lokal untuk menjaganya tetap bersih.

Tetapi ada satu kendala yang muncul, meskipun masyarakat sudah mengumpulkan sampah tersebut… sepanjang belum ada tata kelola sampah tentunya ini menjadi hal yang absurd untuk sebuah slogan Bali Clean and Green, Bangli bersih, maupun Danau Lestari… karena semuanya tetap menumpuk.

Ada sebuah pemikiran terkait tata kelola sampah ini (yang tentunya mungkin bukan pemikiran terbaik.. hehee) namun mesti melibatkan semua pihak dan lapisan masyarakat dan juga pemerintah.

  1. Semua komponen masyarakat hendaknya dihimbau untuk memisahkan sampah rumah tangga yang berbahan plastik dan sampah organik. Karena sampah plastik inilah yang perlu dikeluarkan dari kawasan atau di kelola lebih lanjut. Sampah organik tentunya disediakan tempat saja dan akan hancur dan menjadi sumber pupuk yang baik.
  2. Anak-anak harus sudah mulai diajarkan sejak dini tentang pengelolaan sampah ini.. jadi peran sekolah untuk mengajarkan ini sebagai salah satu keterampilan hidup untuk anak-anak. Namun perlu dicatat bukan salah kaprah seperti anak-anak disuruh membawa sampah plastik ke sekolah (emang sekolah collector sampah? Heheee)
  3. Sebagai konsekuensi dari daerah tujuan wisata dengan target pariwisata massa tentunya sampah bukan hanya berasal dari rumah tangga saja, wisatawan pun datang juga membawa sampah (box makanan, kemasan makanan, botol minuman, dan lain-lain) tentunya ini membutuhkan sarana tempat sampah sehingga tidak dibuang sembarangan oleh wisatawan.
  4. Peran pemerintah adalah memfasilitasi pengangkutan sampah plastik ini keluar dari kawasan. Maksud keluar disini adalah bisa ke tempat pembuangan akhir (TPA). Jika pemerintah kabupaten terlalu lambat kenapa tidak dari desa berinisiatif untuk mengadakan kendaraan pengangkut sampah. Pengelolaan ini tentunya akan membutuhkan tenaga kerja dan biaya operasional. Tapi sebuah usaha tentunya pasti membutuhkan modal. Sehingga perlu pembicaraan lebih detail di tingkat desa dengan melibatkan semua komponen.
  5. Alternatif lainnya adalah dengan membawa ke tempat pengelolaan sampah (Bank sampah) jika sampah plastik ini bernilai ekonomis. Pemikiran ini berdasar pada bahwa sekarang ini banyak sampah plastik banyak diperjualbelikan untuk didaur ulang. Jadi kenapa tidak merubah MIS (sampah) menjadi PIS (uang)?

Uraian ini adalah untaian pengamatan dan pengalaman. Mungkin terlalu sederhana bagi orang yang ahli  dalam bidang sampah dan pengelolaan lingkungan. Tapi kenapa tidak? Ayo kita mulai dari diri sendiri, keluarga sendiri dan lingkungan sendiri…. (TS05022016)

 

 

Bangli dengan beberapa sungai besarnya dengan air yang melimpah ternyata menyimpan beragam potensi pertanian yang mampu sebagai penggerak ekonomi masyarakatnya. Salah satunya adalah produksi kecambah (taoge). Produksi pertanian kecambah (taoge) yang cukup besar dilakukan di aliran sungai tampadehe lingkungan/banjar dinas Bebalang dan aliran sungai Lagaan Di lingkungan/banjar dinas Tegal. Kedua banjar ini merupakan lingkungan yang ada Kelurahan Bebalang, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.

Produk pertanian kecambah (taoge) ini biasa dikatakan paling singkat masa panennya dibandingkan produk pertanian lainnya yaitu hanya 3 hari dari tanam hingga masa panen.

Produksi kecambah yang di alran sungar tampadehe ini adalah untuk pemenuhan pasar di kabupaten Bangli, Sedangkan produksi di aliran sungai lagaan, tegal melayani pasar di Kabupaten Gianyar. Hampir 2 sampai 3 mobil bak terbuka yang mengangkut kecambah (taoge) diberangkatkan ke pasar Gianyar setiap harinya.

Kecambah (Taoge) adalah salah satu jenis sayuran yang sangat familiar bagi ibu-ibu. Taoge merupakan kecambah yang berasal dari biji-bijian, seperti kacang jijau dan kacang kedele. Bahkan di Bangli ada yang membuat kecambah dari kacang kara (koro) dan setelah diolah sering disebut sebagai “jukut tongkol”.

Bentuk kecambah diperoleh setelah biji kacang-kacangan diproses selama beberapa hari. Untuk memperoleh kecambah, dilakukan dengan melewati beberapa proses yang tidak terlalu rumit. Pertama bahan (kacang ijo/kacang kedele) dicuci bersih kemudian diletakkan dalam sok (wadah yang terbuat dari anyaman bambu dengan ukuran 45X45 cm). Setiap sok menampung lebih kurang  7 kg kacang. Kemudian ditutup dengan daun pisang dengan tujuan agar gelap. Agar mau bertumbuh dengan baik, kacang hijau/kacang kedele bibit secara rutin disiram sebanyak 3 kali setiap hari. Penyiraman biasanya dilakukan pagi, siang dan sore hari. Karena kegiatan ini dilakukan secara rutin maka saat menyiram sore hari biasanya langsung dilakukan panen untuk kecambah yang akan dijual esok paginya.  Satu sok yang berisi bibit 7 kg biasanya akan menghasilkan rata-rata 20 kg kecambah. Nah, setelah itu kecambah siap berpindah tangan dari petani, pedagang dan akhirnya pembeli. Pola perdagangan ada beberapa petani produsen yang langsung menjual secara eceran dipasar namun ada juga yang diambil oleh pedagang lainnya.

Sebagai penambah wawasan tentang kecambah ini, kita perlu tahu juga apa sih kelebihannya dibandingkan dengan bahan pangan lainnya. Kecambah (taoge) mempunyai kandungan zat gizi yang lebih dibandingkan dengan bentuk asalnya. Seperti misalnya protein, protein pada taoge lebih tinggi dibandingkan dengan protein biji asalnya. Hal ini bisa terjadi karena selama proses menjadi kecambah terjadi pembentukan asam-asam amino essensial yang merupakan penyusun protein. Kandungan zat gizi lainnya dalam taoge yaitu vitamin A, B Kompleks, C, E serta mineral seperti  kalsium, zat besi (Fe), magnesium, kalium, asam folat, dan juga tentunya serat.

Kepopuleran taoge tidak terlepas dari salah satu manfaatnya untuk meningkatkan kesuburan. Hal ini dikarenakan kandungan Vitamin E yang banyak terkandung di dalamnya. Kandungan Vitamin E ini dapat membantu kesuburan pada kaum perempuan, mencegah kanker payudara, mengurangi gejala pre menstruasi syndrome (PMS), pramenopause dan gangguan akibat menopause.

Taoge juga merupakan salah satu sumber antioksidan, sehingga mampu memperlambat proses penuaan dini. Bagi yang peduli akan penampilan Taoge baik untuk kecantikan karena kandungan Vitamin E nya berfungsi untuk membantu meremajakan dan menghaluskan kulit, menghlangkan vlek-vlek hitam pada wajah, menyembuhkan jerawat, menyuburkan rambut dan melangsingkan tubuh.

Namun ada satu catatan dari segi kesehatan. Bagi penderita asam urat, sebaiknya berhati-hati mengkonsumsi taoge… karena taoge ini pada dasarnya berasal dari kacang-kacangan yang dapat menaikkan kadar asam urat (tu suira, 07012016).

10606141_1592800914295099_7224061758214846516_n
foto by Komang Karwijaya

Ini adalah satu tulisan lain dari catatan perjalanan mengenal lebih dekat Desa Mengani, Kintamani, Bangli. Karena ada bagian perjalanan yang dilakukan mencari air terjun melintasi tegalan (perkebunan) yang merupakan sisi tebing dan juga menyusuri sungai maka dalam perjalanan cukup banyak ditemukan tanaman paku sayur (Diplazium esculentum) yang merupakan sejenis paku/pakis yang biasa dimakan ental mudanya oleh penduduk Asia Tenggara dan kepulauan di Samudra Pasifik. Jadi bukan hanya di sini saja loo… Paku sayur di jepang dikenal sebagai Kuware Shida, di Philipina disebut Paku-Pako-Paco, di India dinamai Lingra-Lingudu-Dhenkir Shaak, di Hawaii dikenal sebagai Pokole, dan Malaysia biasa disebut Pucuk paku.

Paku sayur ini biasanya tumbuh di tepi sungai atau di tebing-tebing yang lembab dan teduh. Dan sangat tidak umum orang membudidayakan tanaman paku ini. Kalaupun di jual di pasar, biasanya pedagang  memetik di sungai atau di tegalan.

Ternyata sayur paku juga mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah untuk mengatasi sulit buang air besar. Hal ini dikarenakan kandungan seratnya yang tinggi. Kandungan khlorofilnya (zat hijau daun) memberi manfaat adalah untuk detoks sampah pada saluran cerna dan hati. Paku sayur juga mengandung Beta-karoten yang merupakan sumber vitamin A yang bermanfaat untuk anti penuaan dini dan anti infeksi tubuh. Paku sayur juga merupakan sumber vitamin B-Kompleks dan mineral seperti Kalium, Natrium dan magnesium yang alami yang diperlukan tubuh untuk metabolism optimal. Dan satu satu lagi pucuk mudanya memiliki kandungan omega-3 dan omega 6 yang dapat membantu kerja otak.

Sayur Paku dijadikan bahan makanan dengan mengolah sesuai daerahnya juga. Misalnya di Minangkabau ada masakan “Gulai-Pakis”, wilayah india terkenal dengan kulinernya : “Jhol Cury“.
Pengolahannya untuk sayuran biasanya ditumis, oseng-oseng, dijadikan lalapan (tapi setelah direbus) atau digulai. Bahkan di satu tempat (di Desa Cekeng, Bangli) yang pernah kami kunjungi disana sayur pakis dijadikan salah satu bahan sayuran lawar.

Namun yang perlu diperhatikan adalah konsumsi sayur pakis dalam keadaan mentah tidak dianjurkan karena mengandung asam sikimat yang mengganggu pencernaan manusia (tu suira).

Glycemic Index

Konsep indeks glikemik ditemukan pertama kali pada tahun 1981 oleh Dr. David Jenkins, seorang professor gizi di Universitas Toronto, Canada. Untuk membantu pasien diabetes mellitus memilih atau menentukan makanan mana yang paling tepat untuk mereka konsumsi.

Indeks Glikemik (IG) adalah indikator kenaikan kadar gula darah dalam waktu 3 jam meningkat setelah makan sesuatu. Kenaikannya dibandingkan dengan glukosa sebagai standarnya. Glukosa sebagai standar memiliki indeks glikemik 100 (Hartono, A. 2009).

Faktor indeks glikemik ini perlu diperhatikan karena proses pencernaan yang lambat serta respon meningkat dan menurunnya glukosa darah setelah makan makanan yang rendah indeks glikemik-nya akan membantu mengatur kadar gula darah pada orang dengan penyakit diabetes mellitus.

Tinggi rendahnya nilai indeks glikemik dipengaruhi oleh kecepatan mencerna bahan makanan yang dimakan. Faktor yang mempengaruhi indeks glikemik makanan antara lain (Sutanto, LB. 2005. Damayanti, 2002):

  • Cara memasak makanan

Semakin banyak melalui proses pengolahan atau pemasakan semakin tidak memerlukan pencernaan di usus. Oleh karena itu nilai indeks glikemiknya semakin meningkat.

  • Bentuk fisik dari makanan

Semakin tinggi kandungan serat di dalam bahan makanan, semakin perlahan dicerna, artinya bahan makanan tersebut memiliki indeks glikemik yang rendah.

  • Jenis kandungan pati dan serat

Makanan yang mengandung pati jenis amilosa mempunyai nilai indeks glikemik yang lebih rendah daripada makanan yang mengandung pati jenis amilopektin.

  • Serat

Serat larut lambat dicerna sehingga memberikan efek nilai indeks glikemik yang rendah.

  • Gula

Berbagai jenis gula terkandung dalam bahan makanan, namun memiliki indeks glikemik yang berbeda. Seperti misalnya fruktosa yaitu jenis gula yang banyak dijumpai dalam buah-buahan mempunyai indeks glikemik yang rendah dibandingkan dengan jenis gula yang lain.

  • Rendahnya tingkat gelatinisasi

Semakin rendah tingkat gelatinisasi tepung, semakin rendah kecepatan mencerna.

  • Infact Grain

Serabut yang melapisi kacang-kacangan dan biji-bijian akan bertindak sebagai pemberantas, sehingga menurunkan masuknya enzim ke dalam tepung-tepungan

  • Lemak

Lemak akan menurunkan kecepatan pengosongan lambung sehingga kecepatan mencerna tepung juga akan menurun. Contoh : keripik kentang mempunyai indeks glikemik yang lebih rendah dari pada kentang panggang.

  • Interaksi antara protein dan lemak dengan tepung

Interaksi antara protein atau lemak dengan tepung akan menurunkan pencernaan tepung.

  • Zat anti gizi

Beberapa makanan mengandung zat yang dapat menghambat pencernaan tepung, seperti phitat, tannin.

Indeks glikemik beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Indeks glikemik beberapa bahan makanan

Jenis

IG %
(Glukosa = 100)

Jenis

IG %
(Glukosa = 100)

Bubur (beras merah)

92

Kentang rebus

56

Beras putih, rendah amilosa (pulen, ketan)

88

Jagung manis

55

Kentang panggang

84

Mangga

55

Corn flakes

73

Keripik kentang

54

Madu

72

Singkong

54

Semangka

71

Pisang

53

Wortel

69

Bulgar rebus

48

Roti (terigu)

68

Buah anggur

43

Softdrink

68

Jeruk

43

Jagung (corn meal)

68

Pir

36

Nenas

66

Apel

36

Gula pasir

55

Fruktosa

23

Es krim

61

Kedelai

18

Beras putih, tinggi amilosa

59

Kacang tanah

14

Sumber : Nutrition Almanak, 2007

Kategori indeks glikemik makanan ada 3 yaitu :

  1. Indeks glikemik rendah bila < 55,
  2. Indeks glikemik sedang antara 55-70
  3. Indeks glikemik tinggi bila > 70.

Glycemic Load

Sementara itu jenis makanan yang dapat mempertahankan kadar gula yang tinggi dalam waktu lebih lama disebut dengan makanan dengan glycemic load (GL) tinggi.

Glycemic load (GL) ini dikembangkan oleh pakar gizi di Universitas Harvard, AS dan diibaratkan sebagai kekuatan (power) yang mendorong suatu makanan untuk mempengaruhi kadar gula darah dalam jangka waktu 3 jam.

Untuk mengetahui kadar GL suatu makanan digunakan formula (rumus) : indeks glikemik dikalikan dengan jumlah karbohidrat dalam makanan dibagi seratus.

Selanjutnya nilai referensi untuk GL adalah :

  • GL tinggi apabila > 20
  • GL sedang bila nilainya 11-19
  • GL rendah bila <10.

 

Kombinasi IG dan GL dalam makanan (Hartono, A. 2009).

  • IG dan GL tinggi

Makanan dengan IG dan GL yang tinggi membuat gula darah melonjak. Lonjakannya akan bertahan selama 3 jam. Makanan ini segera menaikkan gula darah dan karena dibalik kenaikan tersebut terdapat power untuk mempertahankan lonjakan.

Contoh makanan dengan IG dan GL tinggi seperti : sirup, softdrink, kue kering dan tart.

  • IG rendah dan GL tinggi

Makanan dengan IG rendah dan GL tinggi dapat menaikkan gula darah tetapi kenaikannya hanya terjadi jika bahan makanan tersebut dikonsumsi dalam jumlah yang cukup banyak. Contoh makanan dengan IG rendah dan GL tinggi adalah jus buah tanpa gula.

  • IG tinggi, GL rendah

Makanan dengan IG tinggi dan GL rendah seperti wortel impor dan kentang hanya akan menaikkan gula darah sesaat, tetapi tidak terlalu bermakna terhadap kadar gula darah 2-3 jam setelah makan.

  • IG dan GL rendah

Makanan jenis ini adalah makanan yang terbaik untuk mengurangi kemungkinan lonjakan kenaikan gula darah seketika sesudah makan maupun kadar gula darah 2-3 jam setelah makan. Contoh makanan ini adalah kedelai termasuk hasil olahannya (susu kedelai, tahu, dan tempe)

DAFTAR PUSTAKA

(Ada pada penulis)

(Suiraoka, 25072012)

I. Pendahuluan

Makanan dan gizi adalah hal terpenting dalam proses tumbuh-kembang anak yang optimal. Dewasa ini banyak orangtua yang telah mengetahui pentingnya asupan makanan dan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan anaknya, sehingga mereka telah memilihkan menu makanan yang bergizi tinggi (Vinka Kumala).

Keadaan gizi pada waktu bayi dan anak berperanan dalam meletakkan dasar-dasar kesehatan bayi dan anak pada waktu ini dan kelak pada waktu dewasanya (Husaini, 2006). Dewasa ini di Indonesia masih mengalami masalah gizi yang sangat serius dan tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota. Diperkirakan separuh dari penduduk Indonesia menderita berbagai bentuk masalah kurang gizi dan hampir 40% anak balita di klasifikasikan pendek (Atmarita, 2006).

Meski makan merupakan kegiatan alami, ternyata makan bukan masalah sederhana bagi anak-anak. Masalah makan yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah pengaturan makan pada anak, dengan konsekuensi terjadinya defisiensi zat gizi apabila asupan zat gizi tidak memadai dan terjadi perubahan system imun (Suandi, 2004). Beberapa sumber juga menyebutkan masalah makan yang mungkin terjadi pada anak antara lain sulit makan, pilih-pilih makan sampai sulit berhenti makan.

Masalah makan dapat terjadi pada semua kelompok umur dalam daur kehidupan manusia. Namun masalah ini berbeda-beda dari segi jenisnya, penyebab, derajat dan lamanya masalah makan tersebut terjadi. Namun yang paling banyak dikeluhkan adalah masalah makan pada Balita. Kelompok balita termasuk kelompok konsumen semi pasif atau semi aktif. Balita juga termasuk berada dalam fase negaivistik, balita menolak makan karena menunjukkan egonya. Masalah makan umumnya terjadi pada usia 2-5 tahun. Hal ini sering terjadi akibat kesalahan ibu dalam cara pemberian makan semasa bayi (Suandi, 2004).

Kesulitan makan karena sering dan berlangsung lama sering dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan.

Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya (Widodo Judarwanto, 2007).

Selain itu hal yang penting mendapat perhatian adalah pemberian makan kepada anak tidak hanya merupakan pemenuhan kebutuhan gizi, tetapi merupakan pengalaman sosial (Myers, 1995 dalam Madanijah, 2004).  Penerapan cara makan yang baik pada anak sejak usia dini akan sangat menentukan kebiasaan makannya pada saat remaja atau dewasa (Fieldhouse, 1995; Birch & Fisher, 1998 dalam Madanijah, 2004).

 

II. Penyebab Utama Kesulitan Makan

Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Kelainan fisik dapat berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat dalam usia anak.

Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali terjadi lebih dari 1 faktor. Penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan.

 

III. Dampak Masalah Kesulitan Makan pada Anak

Masalah makan jelas berdampak kurang baik terhadap kesehatan, aktifitas sehari-hari serta tumbuh kembang anak. Bila asupan zat gizi terganggu dalam jangka waktu singkat dapat menimbulkan depresi energi akut (Hipoglikemia).

Namun semakin lama jangka waktu anak mengalami kesulitan makan tersebut maka akibat yang ditimbulkan juga akan semakin kompleks.

Gizi salah atau malnutrisi akan timbul apabila masalah makan berlanjut dan tidak mendapat penanganan. Malnutrisi yang timbul pada anak akan menyebabkan defisiensi imun sekunder, defisiensi protein, vitamin A, B-kompleks, asam askorbat dan seng (Zn).

Anak dengan kesulitan makan, kemudian mengalami malnutrisi, daya tahan tubuhnya akan berkurang sehingga rentan terhadap infeksi. Interaksi antara kekurangan asupan zat gizi dengan terjadinya infeksi berjalan sinergis. Bila terhadi defisiensi zat gizi maka akan memudahkan timbulnya infeksi dan sebaliknya infeksi yang terjadi akan memperburuk terjadinya defisiensi zat gizi.

Kebutuhan zat gizi yang meningkat selama infeksi, disebabkan oleh beberapa mekanisme :

  1. Reaksi stress memicu respon katabolik dengan meningkatnya kehilangan nitrogen, magnesium, kalium, fosfat dan Zn
  2. Infeksi berat bila diserta panas akan meningkatkan kecepatan metabolik dan meningkatkan kebutuhan energi.
  3. Anoreksi menurunkan asupan makanan
  4. Kehilangan zat gizi mungkin akan meningkat oleh karena prespirasi, vomiting dan diare
  5. Malabsorbsi pada infeksi eneterik, mempengaruhi pemakaian zat gizi.

 

IV. Berbagai Masalah Gizi Ditimbulkan dan Dampaknya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

Kesulitan makan pada anak yang terjadi dalam jangka waktu lama dan sering berulang dapat menimbulkan pengaruh tidak baik pada berbagai organ dan fungsi tubuh.

Masalah gizi yang ditimbulkan dapat berupa kurang gizi dan gizi buruk yang merupakan manifestasi dari kekurangan zat gizi makro seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor. Kekurangan zat gizi mikro seperti anemia, kurang Vitamin A, dan penyakit spesifik lainnya terkait kekurangan vitamin dan mineral. Serta gangguan mental dan kecerdasan.
1. Kurang gizi

Keadaan kurang gizi jumlahnya saat ini cukup besar yaitu dengan prevalensi 25-30% (Husaini, 2006). Kurang gizi menyebabkan pertumbuhan fisik terlambat, perkembangan kecerdasan rendah dan kemampuan kerja fisik juga rendah.

2. Gizi Buruk

Di Indonesia angka kejadiannya cukup tinggi pada anak di bawah 5 tahun. Gizi buruk akibat kekurangan energi dan protein terdiri dari 3 kelompok yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.

Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang berarti sisa. Sisa artinya tidak ada otot dan lapiran lemak di bawah kulit, kulit kering serta keriput dan ukuran badan kecil kurang dari 60% dari berat badan normal. Jika anak diangkat terlihat keriput terutama pada pantatnya. Kulitnya terlalu besar untuk tubuhnya, ibarat baju ukurannya kebesaran, sehingga timbul keriput (Arisman, 2004; Husaini, 2006).

Kwashiorkor merupakan kebalikan dari marasmus dimana badannya tetap besar, tetapi bukan karena otot dan lemak melainkkan karena kebanyakan air atau busung (Husaini, 2006).  Kwashiorkor adalah gangguan gizi karena kekurangan protein biasa sering disebut busung lapar. Gejala yang timbul diantaranya adalah tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Terdapat juga gangguan perubahan mental yang sangat mencolok. Pada umumnya penderita sering rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun (Judarwanto, 2007).

Marasmic-kwashiorkor adalah kondisi yang paling berat yang merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Badannya kecil tetapi bengkak. Gejala-gejala yang terdapat pada marasmus dan kwahiorkor dijumpai pada anak ini.

3. Kekurangan Vitamin dan Mineral.

Kesulitan makan yang berlangsung lama mengakibatkan kekurangan vitamin dan mineral tertentu. Kekurangan zat vitamin dan mineral tertentu mengakibatkan gangguan dan kelainan tertentu pula pada tubuh anak. Karena begitu banyaknya jenis vitamin dan mineral dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak dan luas. Adapun beberapa contoh penyakit kekurangan vitamin dan mineral tersebut adalah :
a. Anemia Gizi

Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Keadaan dapat terjadi pada anak dengan kesulitan makan karena kurangnya asupan gizi dan makanan tidak memenuhi gizi seimbang. Sumber makanan kaya besi yang mudah terserap umumnya banyak terdapat pada protein hewani seperti hati, daging dan ikan (Judarwanto, 2007).

b. Kurang Vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat merupakan penyakit sistemik yang mempengaruhi dan mengganggu sel dan jaringan di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan karena peran penting vitamin A di dalam menopang fungsi tubuh termasuk penglihatan, integritas sel, kompetensi sistem kekebalan serta pertumbuhan.

4. Gangguan Perkembangan Mental dan Kecerdasan

Pada penderita malnutrisi (kurang gizi) dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak. Stuart, 1987 mengatakan bahwa kekurangan zat gizi berupa vitamin, mineral dan zat gizi lainnya mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf. Hal itu berakibat terganggunya pertumbuhan sel-sel otak baru atau mielinasi sel otak terutama usia di bawah 3 tahun, sehingga sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak. Walter, 2003 menelti 825 anak dengan malnutrisi berat ternyata mempunyai kemampuan intelektual lebih rendah dibandingkan anak yang mempunyai gizi baik (Judarwanto, 2007).
Sel otak terbentuk sejak trimester pertama kehamilan, dan berkembang pesat sejak dalam rahim ibu. Perkembangan ini berlanjut saat setelah lahir hingga usia 2 – 3 tahun, periode tercepat usia 6 bulan pertama. Setelah usia tersebut praktis tidak ada pertumbuhan lagi, kecuali pembentukan sel neuron baru untuk mengganti sel otak yang rusak. Dengan demikian diferensiasi dan pertumbuhan otak berlangsung hanya sampai usia 3 tahun.

Kekurangan gizi pada masa kehamilan akan menghambat multiplikasi sel janin, sehingga jumlah sel neuron di otak dapat berkurang secara permanen. Sedangkan kekurang gizi pada usia anak sejak lahir hingga 3 tahun akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan sel glia dan proses mielinisasi otak. Sehingga kekurangan gizi saat usia kehamilan dan usia anak sangat berpengaruh terhadap kualitas otaknya.

Gizi kurang pada usia di bawah 2 tahun akan menyebabkan sel otak berkurang 15-20%, sehingga anak yang demikian kelak kemudian hari akan menjadi manusia dengan kualitas otak sekitar 80-85%. Anak yang demikian tentunya bila harus bersaing dengan anak lain yang berkualitas otak 100% akan menemui banyak hambatan (Judarwanto, 2007).

V. Penutup

Makan dan kebiasaan makan merupakan aspek yang penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan, terutama masa kanak-kanak awal. Kegiatan anak ini sering menjadi masalah baik bagi anak ataupun orang tua, khususnya bila terjadi kesulitan makan pada anak.

Gizi salah atau malnutrisi akan timbul apabila masalah makan berlanjut dan tidak mendapat penanganan. Malnutrisi yang timbul pada anak akan menyebabkan defisiensi imun sekunder, defisiensi protein, vitamin A, B-kompleks, asam askorbat dan seng (Zn).

Masalah gizi yang ditimbulkan dapat berupa kurang gizi dan gizi buruk yang merupakan manifestasi dari kekurangan zat gizi makro seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor. Kekurangan zat gizi mikro seperti anemia, kurang Vitamin A, penyakit spesifik lainnya terkait kekurangan vitamin dan mineral. Serta gangguan mental dan kecerdasan.

 

Daftar Pustaka

Arsiman, MB, 2004., Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta: EGC.

Atmarita, 2006., Mampukah Indonesia Bersepakat untuk melakukan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Cerdas dan Berkualitas, Gizi Indonesia 2006, 29(1) 47-57.

Husaini, Yayah K., 2006., Perilaku Memberi Makan untuk Meningkatkan Tumbuh Kembang Anak, Gizi Indonesia 2006, 29(1) 58-64.

Judarwanto, Widodo, 2007, Gangguan Pencernaan Penyebab Utama Kesulitan makan Pada Anak.

Kumala, Vinka, 2005., Menyiasati Kesulitan Makan Pada Anak

Madanijah, Siti, 2004, Dampak Intervensi ”GI-PSI-SEHAT” bagi ibu terhadap Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Usia Dini, Gizi Indonesia 2004, 27(2) 59-75

 

(Suiraoka, 23072012)